Thursday, May 04, 2006

Suffocatingly Romantic

Entah kenapa
Tiba-tiba aku menemukan diriku
telah duduk di kafe tua itu
dengan secangkir rum raisin chocolate ice cream
persis seperti saat kita pertama nge-date dulu

Kafe tersebut masih mempertahankan interior lamanya
wallpaper merah jambu berhias sulur mawar
dan kap lampu warna maroon
yang dulu pernah kau bilang suffocatingly romantic
Yucky!

Tapi kau selalu mengajakku untuk kembali
ke kafe tua ini
Kembali dan kembali lagi
bahkan di saat kau sudah pergi

Seperti saat ini...

Bangkit dari Kegagalan

Emy adalah seorang event organizer yang handal. Tidak pernah sekalipun acara yang ia tangani gagal. Namanya sudah terkenal, baik dari kalangan selebritis maupun politisi. Suatu ketika, ia mendapat job dari sebuah partai politik besar untuk mengadakan bazaar murah di udara terbuka bagi orang-orang tak mampu. Dengan penuh kesungguhan, segala persiapan ia jalankan dengan matang. Tidak satupun luput dari pengawasannya; mulai dari booking tempat, sewa tenda, sewa perlengkapan, hingga pemasangan iklan. Dan tibalah hari yang dinanti, semua petinggi partai dan peserta bazaar sejak pagi telah siap di pos masing-masing. Gong pembukaan bazaar sebentar lagi dipukul. Tiba-tiba tanpa diduga turun hujan deras yang mengakibatkan banjir. Gagallah acara bazaar yang disiapkan oleh Emy.
Tapi Emy ternyata bukan orang yang pantang menyerah. Ia segera mendekati salah seorang petinggi partai yang terlihat gusar. Ia sampaikan rencana alternatif ke dua. Bisik punya bisik, petinggi tersebut menerima dengan baik ide dari Emy. Semua produk bazaar diborong dan disumbangkan untuk penduduk sekitar yang terkena banjir. Acara bazaar pun menjelma menjadi acara pemberian sumbangan kepada korban banjir.
Ilustrasi di atas adalah contoh kasar dari betapa perencanaan yang matang pun bisa gagal karena satu dan lain hal yang mungkin terjadi diluar dugaan. Padahal tidak ada seorang pun yang ingin gagal. Tidak terkecuali Emy. Sehingga tidak heran bila kadang kegagalan menjadi momok yang sangat menakutkan. Namun sebagai manusia biasa, kita tidak luput dari alpa ataupun kelemahan. Maka, sekali atau dua kali kita pasti mengalami apa yang disebut kegagalan. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi kegagalan tersebut.
Kegagalan bukanlah suatu kegagalan bila kita mau memperbaikinya – begitu kata orang bijak. Kegagalan acara bazaar yang dialami oleh Emy bisa kita sebut sebagai sebuah ketidak beruntungan. Namun Emy dengan jenius bisa merubah kegagalan tersebut menjadi kesuksesan.
Siapa yang tak kenal dengan ilmuwan besar Thomas Alpha Edison? Ia adalah penemu bola lampu. Tapi tahukah anda, sebelum ia sukses menciptakan bola lampu, ia harus melalui 999 kali percobaan yang kesemuanya gagal? Baru pada percobaannya yang ke 1000 ia berhasil. Bisa anda bayangkan bila Pak Edison ini bukan orang yang ulet, yang bila gagal ia tidak mau memperbaikinya untuk mendapatkan hasil yang terbaik, mungkin kita hingga kini tidak bisa menikmati terangnya lampu di malam hari.
Kegagalan adalah batu loncatan menuju kesuksesan.
Siapa yang suka brownies? Brownies awalnya adalah merupakan produk gagal dari cake chocolate. Alkisah seorang ibu muda bermaksud membuat cake chocolate untuk keluarga tercinta. Namun ternyata adonan cake chocolate yang dipanggangnya tidak ‘naik’ atau tidak mengembang. Dibuang sayang, cake chocolate bantet tersebut dicicipinya. Tak dinyana rasanya enak, maka jadilah brownies.
Renungan: Banyak orang bijak menjadikan kegagalan sebagai motivasi untuk mencapai kesuksesan. Saat mendapatkan kegagalan, mereka tidak hanya berpangku tangan menyesali diri namun bangkit untuk berusaha memperbaiki kegagalan tersebut hingga mencapai hasil yang diinginkan. Bagaimana dengan kita?