Sunday, November 08, 2009

Tips Manajemen Dapur Untuk Ibu Sibuk

Assalamualaikum Ibu-ibu sekalian,
Jaman sudah berubah, demikian pula peran ibu dalam keluarga yang semula sehari-hari tinggal di rumah dan mengurus anak-anak serta memastikan manajemen rumah tangga berjalan dengan baik, kini sebagian besar ibu banyak yang juga bekerja di luar rumah membantu suami membiayai kebutuhan rumah tangga. Tapi bukan berarti urusan dapur keteteran lo. Kalau boleh saya mau berbagi tips dan trik untuk ibu bekerja (seperti saya) yang tetap ingin menangani urusan makan anak-anak serta suami sehari-harinya agar tidak hanya kuantitas namun kualitasnya juga terjaga.
 
Di bawah ini langkah-langkah yang biasa saya lakukan:
 
1. Menyusun Menu
Hal ini wajib dilakukan. Sebelum kita berbelanja bahan makanan, kita harus terlebih dahulu menyusun menu sehingga belanja kita bisa terkontrol dan sesuai kebutuhan. Efisien dan cermat. Agar lebih mudahnya, kita menyusun menu dalam seminggu. Contoh: misalnya kesempatan kita berbelanja adalah tiap hari Sabtu, maka kita susun menu harian dimulai dari hari Minggu hingga hari Sabtu minggu depannya.
 
2. Membuat Daftar Belanja
Berpatokan dari daftar menu yang telah disusun, kita bisa membuat daftar belanja. Misalnya untuk menu sayur sop bahan-bahan yang harus dibeli adalah tetelan, wortel, buncis, kentang dll. Bila daftar belanja sudah tersusun dengan baik, baru kita ke pasar, atau supermarket untuk berbelanja. Bahkan kalau kita sudah terbiasa dengan ritme ini; menyusun menu dan membuat daftar belanja, kita bisa membuat kalkulasi pengeluaran dalam seminggu lo.
 
3. Menyiapkan Bumbu Jadi
Seringnya yang paling memakan waktu dalam memasak adalah menyiapkan bumbu, apalagi masakan tradisional Indonesia biasanya kaya akan bumbu. Nah, agar kita tidak repot dan menghabiskan banyak waktu saat harus memasak, kita siapkan dulu beberapa bumbu jadi yang kita buat sendiri. Menyiapkannya sudah pasti pada akhir minggu setelah belanja mingguan. Yang paling mudah adalah menyiapkan bawang putih giling, bawang merah giling, serta cabe giling siap pakai. Misal dalam seminggu kita sudah memperkirakan kurang lebih bawang merah yang kita perlukan adalah 1/4 kg, maka setelah kita kupas semua bawang merah tersebut, kita iris-iris tidak usah terlalu tipis, lalu kita blender. Setelah diblender, kita didihkan sebentar di atas api kecil. Angkat. Angin-anginkan. Setelah bawang merah giling dingin, simpan dalam toples kedap udara. Masukkan dalam kulkas. Nah bawang merah instan buatan sendiri ini kita bisa gunakan dalam seminggu. Hal yang sama kita lakukan untuk bawang putih dan cabai. Tambahan lain; ketumbar, pala, serta merica juga bisa kita giling dan simpan sebagai bumbu siap pakai lo. Selain efisien (lebih murah daripada beli yang sudah dalam bentuk bubuk di pasar) juga higienis.
 
4. Menyiapkan Bahan/ Sayuran
Setelah urusan bumbu beres, sekarang tinggal urusan sayur-mayurnya nih. Supaya praktis, semua sayuran saya kelompok-kelompokkan berdasarkan menu yang akan dibuat lalu saya kupas, cuci dan potong-potong. Setelah itu saya masukkan dalam kantung plastik dan saya beri label. Misal: sayur sop, atau sayur bayam dll. Setelah itu plastik-plastik berisi sayuran yang telah saya labeli tersebut saya simpan  di dalam kulkas, siap diambil saat kita memasak.
 
5. Menentukan Jadwal Memasak
Sebagai ibu yang bekerja, waktu kita di rumah sangat terbatas. Dengan waktu yang terbatas tersebut kita harus pandai-pandai mengatur waktu antara urusan dapur dan urusan keluarga. Jangan sampai urusan dapur beres tapi urusan keluarga terbengkalai; kita tidak mempunyai waktu untuk bercengkerama bersama anak-anak dan suami, sayang kan...  Menurut pengalaman saya, ada dua waktu yang terbaik untuk memasak bagi para ibu bekerja; sepulang bekerja dan pagi hari sebelum berangkat bekerja. Kita bisa memilih salah-satunya, tapi jangan menggunakan kedua waktu tersebut untuk dapur, nanti bagian anak-anak dan suami mana dong? Kalau saya, menimbang bahwa sepulang bekerja adalah waktu yang terbaik untuk mengecek PR anak-anak dan melakukan obrolan keluarga, maka saya memilih waktu pagi hari untuk memasak. Keburu nggak? Keburu dong, kan ada manajemennya... bumbu-bumbu sudah ada yang instan made in sendiri, bahan-bahan sayuran juga sudah dipotong-potong siap pakai, semua tinggal tumis, atau di rebus. Praktis kan...
 
6. Alternatif Lain
Kadang pekerjaan saya mengharuskan saya untuk dinas ke luar kota selama beberapa hari. Nah, pada saat-saat seperti ini mau tidak mau urusan dapur saya serahkan kepada jasa katering kepercayaan yang membolehkan kita menyusun menu sendiri. Proses pencarian jasa katering ini juga saya lakukan pelan-pelan, mulai dari menelpon, mendatangi tempat usaha untuk melihat kebersihannya serta cara pengolahannya, hingga mencicipi menu. Satu syarat saya yang tidak bisa ditawar: No MSG.
 
Nah, tips-tips di atas berdasarkan pengalaman pribadi saya saja lo, mungkin ada Ibu-ibu lain yang juga punya kiat sendiri yang lebih baik dalam manajemen dapur. Selama ini langkah-langkah tersebut di atas sudah banyak membantu saya mengefektifkan waktu saya di dapur. Semoga bermanfaat....

Friday, November 06, 2009

Puisi Doa - Chairil Anwar

Puisi ini pertama kali saya dengar dan langsung suka adalah saat saya duduk bersekolah di bangku SD. Dan entah kenapa akhir-akhir ini puisi ini seperti terngiang-ngiang kembali di telinga saya, terutama bait: Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh... Terus terang saya sempat lupa judulnya, ingatnya hanya puisi ini karangan Chairil Anwar, jadi hanya berbekal bait tersebut saya berusaha mencari di google. Ternyata tidak mudah, setelah beberapa kali attempt barulah puisi ini muncul di salah satu blog kumpulan puisi. Haduh, lega rasanya, seperti menemukan mutiara yang hilang...

DOA (Chairil Anwar)

    Tuhanku
    Dalam termangu
    Aku masih menyebut namaMu
    Biar susah sungguh
    mengingat Kau penuh seluruh
    cayaMu panas suci
    tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
    Tuhanku
    Aku hilang bentuk
    remuk
    Tuhanku
    aku mengembara di negeri asing
    Tuhanku
    dipintuMu aku mengetuk
    aku tidak bisa berpaling

Wednesday, November 04, 2009

Pelajaran Dari Kakek dan Nenek di Bis



Pagi ini saya diberkahi oleh Allah SWT untuk menjadi saksi hidup atas keperkasaan dua orang manula dalam perjalanan menuju ke kantor di atas bis metro mini:

Yang pertama adalah seorang Kakek yang bergantung kepada alat musik seadanya (kecrekan) untuk membiayai hidupnya dengan mengamen dari bis ke bis. Walau nyanyinya lagu keroncong (hehehe... emang apa salahnya dengan lagu keroncong ya?) dan suaranya parau, tapi saya sangat mengagumi semangatnya dalam mencari penghasilan yang halal. Karena sebenarnya ia bisa saja ambil jalan pintas dengan menjadi pengemis, toh bisa dapat uang tanpa capek-capek mengejar bis, tapi rupanya si kakek masih memiliki harga diri dan memilih untuk kerja keras demi sesuap nasi daripada menadahkan tangannya menanti uluran tangan dari orang lain.

Yang kedua adalah seorang Nenek yang cas cis cus berbahasa Inggris dan bersedekah dengan mengajarkan ilmunya kepada beberapa murid SMA yang kebetulan ditemuinya di atas bis. Mungkin sewaktu muda beliau pernah menjadi guru bahasa inggris ya. Dari penampilannya yang mirip mpok Nori (itu tuh seniman tua yang suka main lenong di TV) kita sama sekali tidak menyangka beliau mampu berbahasa asing lo. Hmm... don't judge the book from its cover ya.

Kakek dan nenek tersebut seolah menyadarkan saya untuk tidak cengeng dalam menghadapi hidup dan selalu bersedekah sebagai bentuk sukur kepadaNya. Karena hidup adalah perjuangan dan sedekah bukan hanya berbentuk materi, tapi juga ilmu dan bahkan sebuah senyuman. Subhanallah....