Wednesday, December 09, 2009

Nikmat Allah

Tadi pagi saat berangkat kerja, di tengah keramaian lalu lintas jalan cirendeu raya, saya melihat seorang bapak menarik sebuah gerobak berisi istri dan dua anaknya. Pemandangan yang sangat menyentuh hati. Tetapi raut wajah keluarga itu tidak tampak sedih. Sebaliknya mereka tertawa-tawa dan bercanda. Hebat, di tengah himpitan hidup seperti itu mereka masih berbagi keceriaan. Padahal belum tentu mereka bisa makan 3 kali hari ini, belum tentu mereka mempunyai tempat berteduh bila sore nanti turun hujan. Bagaimana dengan kita, yang dilimpahi oleh Allah SWT kecukupan pangan, papan dan sandang, tapi masih sering mengeluh? Karier yang mandeklah, pembantu yang berulah, teman sekerja menusuk dari belakang, jadwal yang padat, kerjaan yang bertumpuk tiada habisnya... belum lagi ingin liburan ke sana sini atau renovasi rumah serta ganti mobil... Kita tidak melihat bahwa sebenarnya masih banyak orang yang sibuk cari lowongan ingin mempunyai pekerjaan dan penghasilan tetap seperti kita, yang masih tinggal di bawah jembatan sementara kita memiliki rumah dengan 3 atau 4 buah kamar tidur, yang kemana-mana harus berjalan kaki sementara kita memiliki kendaraan yang bisa membawa kita kemana saja...
 
    Saya beristighfar karena merasa selama ini sering kufur nikmat. Angka kemiskinan masih tinggi di Indonesia yang berasal dari rendahnya tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat serta minimnya lapangan pekerjaan. Berdasarkan data dari Polling Center yang baru-baru ini mengadakan survey di kabupaten-kabupaten di Jawa Barat dengan 1900 responden diketahui ternyata prosentase penduduk dari kelas C ke bawah yang tidak pernah mengenyam pendidikan masih tinggi, yaitu 33,3% dan sebagian besar dari mereka harus bekerja sebagai buruh kasar untuk menghidupi diri mereka dan keluarganya. Subhanallah... “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah tidaklah dapat kamu menghinggakannya.” (Surah Ibrahim ayat 34)