Wednesday, December 08, 2004

Kring kring kring Tukang Pos kejeblos...

Siang itu saat pulang makan siang di satu Rabu yang panas, saya melihat seorang tukang pos - dengan motor khasnya yang diganduli oleh dua buah tas khusus berisi surat - berlalu di dekat saya. Tiba-tiba saya merasa kangen untuk menerima surat. Surat yang benar-benar surat, ditulis tangan dan ada perangko yang sudah dicap di amplopnya. Bukan surat melalui internet ataupun pesan singkat di sms seperti yang umum saya terima selama ini sejak saya mengenal komputer dan mempunyai HP.

Saya jadi teringat dulu waktu masih piyik alias anak-anak, saya mempunyai tiga orang sahabat pena yang alamatnya saya dapat dari sebuah majalah anak-anak. Rasanya spesial sekali tiap kali Pak Pos datang ke rumah kami dan memberikan surat jawaban dari sahabat-sahabat pena tersebut itu kepada saya.

Menjelang remaja, saya juga masih rajin menulis surat, tapi kepada sahabat pena yang lain. Ketiga sahabat pena saya sewaktu saya kecil sudah tidak tahu kemana rimbanya. Kami sudah putus kontak. Sebagai gantinya, saya mempunyai dua orang sahabat pena dari luar negeri. Satu dari Yunani dan yang lainnya dari Spanyol. Tapi bahasa Inggris mereka kacau sekali. Hingga untuk membaca surat mereka saya harus kerja ekstra buka kamus. Toh demikian, pertemanan kami lewat surat berlangsung bertahun-tahun.

Nah, melihat Pak Pos siang itu, saya seperti kembali diingatkan betapa asiknya mengirim dan menerima surat. Saya tidak tahu apakah mempunyai sahabat pena masih menjadi hobi yang ngetrend untuk anak-anak sekarang. Yang jelas, saya akan mengajarkan dan membiasakan anak saya untuk menulis surat sedini mungkin karena banyak sekali manfaatnya. Antara lain, supaya Pak Pos tidak kehilangan pekerjaannya. Bayangkan kalau sudah tidak ada lagi orang yang mau menulis surat melalui pos karena lebih senang menggunakan internet? Mungkin Dirjen Pos dan Telekomunikasi harus ganti nama ya, jadi Dirjen Internet dan Telekomunikasi :-)

No comments: