Wednesday, August 23, 2006

Belenggu Motivasi

Motivasi, atau dorongan untuk melakukan sesuatu, tidak melulu bersifat positif, melainkan ada juga yang negatif. Menurut Abraham Maslow, kebutuhan fisiologis dan keamanan saja tidak bisa sepenuhnya memotivasi seseorang. Lalu apa saja sebenarnya yang dapat memotivasi seseorang?

Sebutlah Anna yang berambisi untuk menduduki posisi manajerial yang sedang kosong di departemen tempatnya bekerja. Sayangnya Anna tidak sportif, untuk memenuhi ambisinya ia tega sikut sana sikut sini. Hal ini bisa disebabkan dari budaya ataupun norma-norma yang ia pegang. Ia mengutamakan keberhasilan ataupun kesuksesan walaupun semua itu ditempuh dengan cara-cara yang tidak terpuji. Inilah yang disebut dengan motivasi negatif.

Lain halnya dengan Raihana. Ia pun berambisi untuk mendapatkan jenjang karir yang lebih tinggi di departemen tempatnya bekerja. Untuk memenuhi ambisinya, ia rajin memperkaya diri dengan banyak belajar ilmu manajerial dan bekerja dengan keras. Semua usaha Raihana tidak sia-sia. Saat ada peluang promosi, namanyalah yang pertama kali diusulkan oleh atasannya ke manajemen. Motivasi Raihana dalam mencapai cita-citanya adalah motivasi yang positif - karena ditempuh dengan cara yang positif sehingga mendapatkan hasil yang positif pula.

Lalu bagaimana caranya memotivasi diri kita agar melakukan hal-hal positif seperti Raihana?

Pertama-tama kita harus mengenali diri kita sendiri - kelemahan dan kekuatan diri kita. Masing-masing dari kita diciptakan oleh Allah SWT dengan segala kelemahan dan kelebihannya. Tinggal pandai-pandainya kita untuk menjadikan kelemahan kita sebagai kekuatan. Coba buatlah daftar apa saja kelemahan dan kelebihan diri kita. Usahakan agar kelebihan diri kita bisa menutupi kelemahan kita. Kita juga harus berusaha untuk sebisa mungkin memperbaiki kelemahan kita. Misalnya salah satu kelemahan kita adalah tidak bisa berbicara di depan umum. Tidak ada salahnya kita ikut kelas atau kursus public speaking untuk melatih diri kita percaya diri berbicara di depan umum.

Setelah mengenali diri kita sendiri, tetapkan sasaran kita. Misalnya saya dan suami, sebagai orang tua, sasaran kami adalah memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kami dan menjadikan mereka anak yang soleh serta patuh pada orang tua. Maka setiap tindakan kami, doa kami, dan usaha kami, selalu kami peruntukkan untuk itu. Kami menabung untuk pendidikan anak kami di masa depan, kami menetapkan aturan-aturan di rumah agar menjadikan anak kami mengerti sopan santun dan patuh pada orang tuanya, dan kami perkenalkan kepada mereka pendidikan agama sejak kecil agar mereka menjadi pribadi yang tawadlu, soleh dan dekat kepada Allah SWT.

Lalu berteman dengan orang-orang yang positif. Pernah suatu kali saya mempunyai teman yang pengeluh. Tidak ada yang benar di dunia ini menurutnya. Dari mulai atasannya lah yang tidak bisa menghargai pekerjaannya, jalan raya yang selalu macet tiap kali ia berangkat kerja, hingga makanan di kantin yang tidak enak. Lama-lama kita yang mendengarkan bisa ikutan-ikutan jadi pengeluh. Sebaiknya, bila anda menemui orang-orang jenis ini, anda menyingkir jauh-jauh. Biasanya mereka membawa virus pengeluh yang bisa menulari kita. Lebih baik kita mencari teman yang selalu berpikir positif. InsyaAllah kita juga akan selalu berpikir positif. Sebagai manusia, ada masanya kita merasa sedih, tidak percaya diri dan lain sebagainya. Disinilah perlunya seorang teman yang baik dan selalu berpikir positif. Mereka akan membantu kita mengembalikan rasa percaya diri kita dan mengajak kita tersenyum sehingga kita bisa bangkit kembali.

Langkah selajutnya adalah temukan sumber inspirasi. Apakah inspirasi itu? Sesuatu yang bisa mengilhami anda untuk melakukan sesuatu. Entah itu mewujudkan cita-cita anda ataupun melakukan kegiatan-kegiatan sosial sebagai bentuk aktualisasi diri. Sumber inspirasi bisa didapatkan dimana saja. Salah-satunya adalah dari buku-buku biographi orang-orang terkenal. Dari situ kita bisa belajar bagaimana mereka berjuang untuk mencapai keberhasilan. Satu hal yang pasti, kesuksesan tidak dapat diraih begitu saja tanpa perjuangan, atau dengan kata lain, tidak ada kesuksesan tanpa kegagalan. Orang yang tidak pernah mengalami kegagalan berarti bukan orang sukses.

Terakhir, kita harus percaya diri. Seorang muslim haruslah percaya diri, apalagi bila setiap langkahnya didasari oleh Al-Quran dan hadits. Tanpa adanya kepercayaan diri kita tidak akan bisa maju. Jangan pernah merasa kalah sebelum bertanding. Yakinkan diri anda bahwa anda bisa melakukan yang terbaik. Bila ternyata dengan usaha terbaik anda tetap gagal juga, bertawakalah. Mungkin belum rezeki anda. Tapi jangan lupa untuk terus berusaha lagi.

Kadang tanpa sadar motivasi kita terbelenggu karena beberapa faktor, yaitu:
Takut gagal.
Takut akan adanya perubahan
Pasif
Terlalu berpuas diri.
Semua faktor-faktor di atas bisa menghalangi diri kita untuk maju. Terutama perasaan takut gagal. Biasanya orang yang merasa takut gagal adalah orang yang tidak mempunyai rasa percaya diri. Akibatnya ia takut untuk mengambil resiko. Padahal untuk mencapai keberhasilan kita harus berani untuk mengambil resiko. Seperti kata Seichiro Honda (pendiri perusahaan otomotif Honda), Sukses 98% terbentuk dari kesalahan dan kegagalan.

Faktor kedua adalah rasa takut akan adanya perubahan. Padahal perubahan terjadi tiap saat. Kita tidak akan maju bila kita tidak mau berubah. Tetapi berubah mengikuti perkembangan jaman bukan berarti kita lalu menjadi tidak mempunyai pendirian. Sebagai seorang muslim, fundamen kita adalah Al Quran dan hadits, dua unsur yang sudah teruji selalu up to date sepanjang masa. Selama kita berpegang pada Al Quran dan hadits, InsyaAllah kita bisa menerima segala perubahan yang ada dengan lapang dada.

Selanjutnya adalah sifat pasif. Biasanya orang-orang yang memiliki sifat pasif adalah orang yang tidak mempunyai motivasi. Hal ini disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah kegagalan. Persamaan antara orang pasif dengan orang sukses adalah sama-sama pernah mengalami kegagalan. Bedanya, orang pasif mandek dan putus asa setelah mengalami kegagalan, sedangkan orang sukses langsung bangkit dan menjadikan kegagalan sebagai abtu loncatan menuju keberhasilan.

Terakhir adalah berpuas diri. Orang yang berpuas diri umumnya tidak mempunyai motivasi untuk mengembangkan dirinya karena ia terbelenggu oleh perasaan riyaa'. Ia merasa dirinya sudah maksimal, tidak ada yang perlu dibenahi. Ia pun jalan di tempat sementara orang lain sudah lari mendaki bukit. Betapa sayangnya.

No comments: